+62 274 623896

Home » Diskusi Anak Muda » Diskusi Rancangan Buku Etnografi: Menengok Potret Komunikasi Lingkungan antara Nelayan Danau Singkarak dan Ikan Bilih

Diskusi Rancangan Buku Etnografi: Menengok Potret Komunikasi Lingkungan antara Nelayan Danau Singkarak dan Ikan Bilih

Oleh: PDMA (Pusat Dokumentasi Media Alternatif) Nadim UII

Pada Jum’at, 29 September 2023 PDMA (Pusat Dokumentasi Media Alternatif) Nadim berkolaborasi dengan komunitas DISPENSI (Diskusi dan Penelitian Komunikasi), mengadakan “Diskusi Rancangan Buku Etnografi: Menengok Potret Komunikasi Lingkungan antara Nelayan Danau Singkarak dan Ikan Bilih” secara hybrid. Diskusi kali ini menghadirkan Bapak Risky Wahyudi, S.I.Kom sebagai pembicara, dosen Program Studi Ilmu Komunikasi UII, didampingi oleh Bapak Muzayin Nazaruddin sebagai pembahas, dosen dan peneliti isu lingkungan Program Studi Ilmu Komunikasi UII. Diskusi ini dihadiri oleh akademisi yang dilangsungkan di Retno Winahyu Room, Café Sirkel de Koffie, pukul 15.30 hingga 18.00.

Diskusi yang bertajuk Menengok Potret Komunikasi Lingkungan antara Nelayanan Danau Singkarak dan Ikan Bilih, membahas rancangan buku Risky Wahyudi dengan pendekatan etnografi, yang menjadikan lingkungan antara nelayan Danau Singkarak dan Ikan Bilih sebagai objek riset. Danau singkarak menjadi salah satu dari 15 Danau Prioritas Nasional, sebagaimana yang termuat dalam Perpres No.60 tahun 2021 Pasal 3 ayat 1 mengenai Penyelamatan Danau Prioritas Nasional. Berdasarkan observasi di lapangan beberapa kriteria terkait danau yang menjadi prioritas nasional, juga dapat ditemukan pada Danau Singkarak, seperti peningkatan sedimentasi, penurunan kualitas air, dan penurunan keanekaragaman hayati yang mengakibatkan masalah ekologi, ekonomi, dan sosial budaya bagi masyarakat.

Tujuan pragmatik dari buku yang dirancang oleh Risky Wahyudi adalah memberikan ruang kepada nelayan untuk berbicara dan menceritakan pengetahuan yang dimilikinya mengenai Ikan Bilih. Beberapa pembahasan menarik pada diskusi ini, yaitu mengenai bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungannya, bagaimana cara nelayan memandang Ikan Bilih, seperti apa ingatan masa lalu mengenai Danau Singkarak, bagaimana Ikan Bilih menjadi identitas lokal, apa dan siapa nelayan Danau Singkarak. Menurut pembahasan dari Pak Muzayin, yang mengatakan bahwa buku seperti ini tersebut termasuk “jarang”. Hal tersebut disebabkan karena studi komunikasi di Indonesia umumnya hanya membatasi pembahasan komunikasi lingkungan, yaitu bagaimana manusia berkomunikasi tentang lingkungan, bagaimana media massa mewacanakan isu lingkungan, bagaimana aktor politik menggunakan retorika untuk berbicara tentang isu lingkungan, bagaimana para pembuat kebijakan membicarakan lingkungan.

Lingkungan seringkali hanya dianggap sebagai objek semata, yang diam. Dalam buku Menengok Potret Komunikasi Lingkungan antara Nelayanan Danau Singkarak dan Ikan Bilih, yang menjadikannya menarik adalah karena ia menempatkan lingkungan sebagai subjek. Beberapa masukan yang diberikan oleh Pak Muzayin, yaitu mendalami lebih jauh narasi budaya seperti mitos yang memuat asal usul Danau Singkarak dan manusia di Danau Singkarak, mendalami relasi dinamis alam dan budaya, mendalami praktik interaksi keseharian yang terjalin antara manusia dan Danau Singkarak. Diskusi berjalan lancar dan menarik, banyak dari audiens yang juga memberikan umpan balik.

Comments are closed.